Monday, July 19, 2010

Sebuah perjalanan panjang satu arah

Kalau nanti saya sempat menjadi tua, akankah saya tetap setia seperti Pdt. Charles Simeon? Semangat juang yang tak padam oleh waktu.

Tahun 1836, Pdt. Charles Simeon pensiun setelah 54 tahun melayani di Gereja Holy Trinity, Cambridge, UK. Di sana, selama bertahun-tahun ia menyampaikan khotbah expository, dan melalui khotbah-khotbahnya beberapa generasi pemimpin-pemimpin muda Kristen terpanggil untuk bersaksi dan berkiprah dalam masyarakat British. Kesuksesan pelayanannya sungguh gemilang, boleh dibilang melampaui siapapun. Namun seorang temannya menemukan bahwa orang tua ini ternyata masih bangun pukul 4 subuh setiap hari untuk membaca Alkitab, berdoa, bertobat, dan bersekutu dengan Allah. Temannya berpikir bahwa ini sudah berlebihan; ia menyiksa diri sendiri. ”Pak Simeon,” ia membujuk, “Apakah kamu tidak berpikir bahwa sekarang kamu sudah pensiun, seharusnya kamu hidup lebih santai?” “Apa?!,” jawab Pdt. Charles, ”Bukankah seharusnya saya berlari dengan segenap kekuatan saya ketika garis akhir sudah di depan mata?”

Membaca cerita mengenai Pdt. Charles ini mengingatkan saya akan buku Eugene Peterson yang berjudul A Long Obedience in the Same Direction. Saya kira itulah esensi dari menjadi murid Kristus.

No comments:

Post a Comment