Wednesday, July 28, 2010

Mengenali penyembahan berhala dalam hasrat

Tulisan berikut ini saya terjemahkan secara bebas dari tulisan John Piper berjudul Discerning idolatry in desire: 12 ways to recognize the rise of covetousness. Link kepada tulisan tersebut bisa anda dapatkan di sumber post ini.

Mengenali penyembahan berhala dalam hasrat
12 jalan mengenali terbitnya dosa mengingini
Oleh John Piper

Kebanyakan kita menyadari bahwa menikmati sesuatu selain Allah, dari hadiah terbaik hingga kesenangan liar, dapat menjadi penyembahan berhala. Paulus berkata dalam Kolose 3:5, "Keinginan kuat untuk memiliki apa yang dimiliki oleh orang lain (covetousness) merupakan penyembahan berhala."

Covetousness berarti menghasratkan sesuatu selain Allah dengan cara yang salah. Tapi apa arti "dengan jalan yang salah"?

Alasan mengapa ini penting mencakup dua: vertikal dan horisontal. Penyembahan berhala akan menghancurkan hubungan kita dengan Allah. Dan ia akan menghancurkan hubungan kita dengan orang lain.

Semua masalah relasional manusia - dari pernikahan dan keluarga hingga pertemanan - berakar dalam aneka ragam bentuk penyembahan berhala, yakni, mengingini hal-hal selain Allah dengan jalan yang salah.

Ini usaha saya untuk berpikir secara alkitabiah menjelaskan apa yang dimaksud dengan jalan-jalan yang salah itu. Apa yang membuat sebuah kenikmatan bersifat pemberhalaan? Apa yang menyebabkan sebuah hasrat menjadi covetousness, yang adalah penyembahan berhala?

1. Kenikmatan menjadi penyembahan berhala ketika ia dilarang oleh Allah. Sebagai misal, perzinahan, percabulan, pencurian, dan kebohongan dilarang oleh Allah. Beberapa orang pada saat-saat tertentu merasa perbuatan-perbuatan ini mendatangkan kesenangan, kalau tidak, tentu kita tak akan melakukannya. Tak seorang pun berdosa karena kewajiban. Namun kesenangan yang demikian merupakan tanda penyembahan berhala.

2. Kenikmatan menjadi penyembahan berhala ketika ia tidak sesuai dengan nilai dari apa yang dihasratkan. Hasrat besar akan hal-hal yang tak bernilai besar merupakan tanda bahwa kita mulai menjadikan hal-hal tersebut berhala.

3. Kenikmatan menjadi penyembahan berhala ketika ia tidak dipenuhi dengan ucapan syukur. Ketika kenikmatan kita akan sesuatu cenderung membuat kita tidak berpikir mengenai Allah, ia bergerak menuju penyembahan berhala. Namun jika kenikmatan itu membangkitkan perasaan bersyukur pada Allah, kita terlindung dari penyembahan berhala. Perasaan bersyukur bahwa kita tak pantas menerima pemberian ini atau kenikmatan ini, namun bisa memperolehnya secara gratis dari anugerah Allah, adalah bukti bahwa penyembahan berhala sedang dikendalikan.

4. Kenikmatan menjadi penyembahan berhala ketika ia tidak melihat dalam pemberian Allah bahwa Allah sendiri yang seharusnya lebih dihasratkan daripada pemberian itu. Jika pemberian itu tidak menghidupkan perasaan bahwa Allah, Sang Pemberi, lebih baik daripada pemberian-Nya, ia menjadi berhala.

5. Kenikmatan menjadi penyembahan berhala ketika ia mulai terasa sebagai hak, dan kesukaan kita menjadi suatu tuntutan. Bisa jadi suatu kesukaan merupakan hak. Bisa jadi orang lain harus memberikan anda kesukaan ini. Boleh jadi benar memberitahukan mereka hal ini. Namun ketika semua ini naik sampai ke level tuntutan-tuntutan yang disertai kemarahan, penyembahan berhala pun terbit.

6. Kenikmatan menjadi penyembahan berhala ketika ia menarik kita jauh dari tugas-tugas panggilan kita. Ketika kita melulu menghabiskan waktu mengejar sebuah kenikmatan, mengetahui bahwa hal-hal lain, atau orang lain, harus kita perhatikan, kita sedang bergerak menuju penyembahan berhala.

7. Kenikmatan menjadi penyembahan berhala ketika ia membangkitkan perasaan sombong bahwa kita bisa mengalami kesukaan ini sementara orang lain tidak. Ini khususnya benar berkenaan dengan kesukaan dalam hal-hal religius, seperti doa, membaca alkitab, dan pelayanan. Menikmati hal-hal yang kudus itu sangat baik. Tapi merasa sombong bahwa kita bisa itu bersifat pemberhalaan.

8. Kenikmatan menjadi penyembahan berhala ketika ia cuek atau tak peduli pada kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan orang lain. Kenikmatan yang suci peka akan kebutuhan-kebutuhan orang lain dan bisa meninggalkan kesenangan yang baik untuk sementara waktu demi membantu orang lain memperolehnya. Seseorang mungkin meninggalkan doa pribadinya untuk menjadi jawaban bagi doa orang lain.

9. Kenikmatan menjadi penyembahan berhala ketika ia tak menginginkan Kristus dibesarkan sebagai kenikmatan tertinggi melalui kenikmatan itu. Menikmati apapun kecuali Kristus (seperti pemberian-pemberian-Nya yang baik) membawa risiko tak terelakkan membesarkan pemberian di atas Sang Pemberi. Satu bukti bahwa penyembahan berhala tak sedang terjadi adalah hasrat yang jujur bahwa ini tak terjadi.

10. Kenikmatan menjadi penyembahan berhala ketika ia tak mengerjakan kemampuan lebih dalam akan kesukaan yang suci. Kita masih orang berdosa. Kita menyembah berhala jika kita puas dengan dosa. Maka kita menginginkan transformasi. Beberapa kenikmatan menciutkan kapasitas kita akan sukacita yang kudus. Lainnya memperbesar kapasitas tersebut. Beberapa memperbesar atau memperkecil tergantung dari bagaimana kita berpikir mengenai mereka. Ketika kita tak peduli apakah sebuah kenikmatan menjadikan kita lebih suci atau tidak, kita sedang bergerak menuju penyembahan berhala.

11. Kenikmatan menjadi penyembahan berhala ketika kehilangannya menghancurkan kepercayaan kita pada kebaikan Allah. Ada kedukaan karena kehilangan yang tidak bersifat pemberhalaan. Namun ketika kedukaan mengancam keyakinan kita pada Allah, ini menandakan bahwa kehilangan hal itu menjadi sebuah berhala.

12. Kenikmatan menjadi penyembahan berhala ketika kehilangannya melumpuhkan kita secara emosional sehingga kita tak bisa berelasi dengan kasih dengan orang lain. Ini merupakan dampak horisontal dari kehilangan keyakinan pada Allah. Sekali lagi: kedukaan besar bukanlah tanda pasti penyembahan berhala. Yesus juga memiliki dukacita besar. Namun ketika hasrat kita disangkali, lalu dampaknya adalah ketidakmampuan emosional untuk melakukan apa yang Allah kehendaki agar kita lakukan, tanda-tanda peringatan terhadap penyembahan berhala sedang berkedip.

Bagi diri saya sendiri dan bagimu, saya mendoakan peringatan dari 1 Yohanes 5:21, "Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala."

Sumber: Desiring God

No comments:

Post a Comment