Monday, July 19, 2010

Kata orang, pendeta itu...

Kata orang kehidupan pendeta atau hamba Tuhan itu serba baik, mungkin hampir sempurna. Atau paling tidak berada di atas rata-rata. Namanya juga hamba Tuhan, ya kan? Di sini saya coba mendaftar apa saja ‘kata orang’ mengenai kehidupan pendeta atau hamba Tuhan itu. Komentar saya ada di bawahnya.

1. Pendeta itu wise.
Jika bijaksana yang Anda mengerti adalah tahu segala hal dan bisa menjawab pertanyaan apapun. Well, saya kira itu tidak benar. Kalau kebetulan hal yang ditanyakan padanya berada dalam wilayah expertise-nya, mungkin ia bisa menjawab dengan wise. Pendeta memang belajar teologi, doktrin-doktrin yang njelimet, Hebrew dan Greek, sejarah Gereja, filsafat, dan counseling. Tapi ilmu-ilmu dan pengetahuan tersebut tak lantas membuatnya bisa menjawab segala soal kehidupan. Pendeta seperti juga Anda bisa berbuat salah, bisa memberi nasihat yang tidak wise. Jadi, don’t overestimate pendeta, nanti kepalanya jadi besar tak beraturan. Bersikap wajar saja, cukuplah sudah.

2. Doa-doanya lebih didengar Tuhan.
Ah, ada-ada saja. Tentulah Tuhan mendengar doa setiap orang kepunyaan-Nya. Dan orang kepunyaan-Nya bukan hanya pendeta. Doa-doa pendeta juga bukan jaminan terkabulnya permintaan-permintaan. Tidak. Tuhan mengabulkan sebuah doa oleh karena permohonan itu sesuai dengan kehendak-Nya. Bukan karena itu didoakan oleh pendeta. Doa-doa Anda pun dapat dikabulkan oleh Tuhan.

3. Pendeta itu bebas masalah. Kalaupun ada masalah, ia selalu bisa menyelesaikannya dengan baik.
Apakah Anda kira pendeta itu bukan manusia? Dewa atau Malaikat? Di dunia ini mana ada orang yang bebas masalah. Dan karena pendeta adalah orang (syukurlah), ia pun tak bebas masalah. Pendeta itu orang berdosa. Ia masih perlu pengampunan, banyak belajar, dan dibentuk oleh Tuhan. Ia punya kelemahan sama seperti orang lain. Ia bisa menjadi kecewa, bisa putus harapan, bisa patah semangat dan sakit hati. Semua itu tak nampak, jika Anda tak mengenali pendeta Anda dengan baik. Karena itu, pesan saya, berusahalah untuk mengenalnya lebih dekat. Ia butuh seorang kawan yang tepercaya, sebab acapkali ia merasa tersendiri. Dan dalam kesendiriannya, ia lalu jadi delusional: merasa dirinya istimewa, suci, dan kukuh.

Tahukah Anda bahwa
- 1600 pendeta di Gereja-gereja US berhenti atau mengundurkan diri dari pekerjaan mereka setiap bulannya?
- Hampir 20 persen pendeta menderita stres atau burnout?
- 50 persen pendeta bercerai? (Sumber: James O. Davis, president of Global Pastors Network)

Dengan statistics ini, apakah Anda masih berpikir bahwa pendeta itu bebas masalah, dan kalaupun ada masalah, ia selalu bisa menyelesaikannya sendiri dengan baik?

4. Apa yang dikatakan pendeta dari mimbar, itulah yang ia lakukan dalam kehidupannya sehari-hari.
Saya berharap ini benar, dan sungguh terjadi, setidaknya dalam kehidupan saya sendiri. Sebagai pendeta saya mempergunakan banyak waktu untuk membaca buku dan mempersiapkan kotbah atau pendalaman Alkitab. Sebenarnya makin dalam saya menggali dan belajar, makin banyak pula pesan atau kebenaran yang buat saya sendiri sulit sekali untuk diterapkan. Tapi itu tak boleh jadi alasan saya untuk tak mengkotbahkannya. Nanti Majelis Jemaat bisa kelabakan mencari ganti saya. Maka, mau tak mau, suka tak suka, saya tetap maju berkotbah, menyampaikan pesan yang saya percaya Tuhan hendak bicarakan pada umat-Nya. Apakah dengan mengkotbahkannya berarti saya telah menghidupinya? Tidak. Pesan yang saya beritakan dari mimbar itu juga merupakan Firman Tuhan yang harus saya taati, gumuli, dan laksanakan dengan setia. Sampai sekarang saya masih jatuh bangun dalam melakukan Firman Tuhan, bahkan yang telah saya beritakan sendiri dari mimbar.

No comments:

Post a Comment