Tuesday, November 23, 2010

The value of a man

Karl Barth wrote:
A man may be of value to another man, not because he wishes to be important, not because he possesses some inner wealth of soul, not because of something he is, but because of what he is - not. His importance may consist in his poverty, in his hopes and fears, in his waiting and hurrying, in the direction of his whole being towards what lies beyond his horizon and beyond his power. The importance of an apostle is negative rather than positive. In him a void becomes visible. And for this reason he is something to others: he is able to share grace with them, to focus their attention, and to establish them in waiting and in adoration. Karl Barth, The Epistle to the Romans (London: Oxford University Press, 1960), p. 33.
Banyak orang berpikir untuk menjadi penting, atau dianggap penting, atau kelihatan penting, maka mereka harus berbuat sesuatu, harus duduk di kursi tertentu, harus membikin proyek-proyek besar. Kalau tidak begitu, mereka merasa belum bernilai. Kata-kata Barth di atas perlu kita renungkan dalam-dalam. Ia sedang melawan arus deras pandangan banyak orang. Seorang bernilai bagi orang lain bukan karena sesuatu yang ia miliki, atau apa yang ada pada dirinya, melainkan justru karena sesuatu yang tiada padanya, apa yang bukan berasal dari dirinya. Dalam kemiskinan, dalam pengharapan dan ketakutannya, dalam penantian dan ketergesa-gesaannya, dalam pengarahan diri kepada apa yang berada di luar dirinya, sesuatu yang lebih besar, yang melampaui dirinya. Barth mengingatkan saya pada hymne yang terdapat di Filipi pasal 2, bahwa dengan pengosongan diri seperti Yesus barulah kita bisa berbagi kasih secara genuine; membantu orang lain untuk berfokus bukan pada diri kita lagi, tetapi pada Ia, Sang Penebus yang akan datang kembali.

2 comments:

  1. wah pandangan barth ini kyknya dah jdi hrga mati n ga bisa di tawar2 lg deh..gw akan berpikir berkali2 sblom menerima pndangannya dgn mentah2.

    apakah mengosongkan diri identik dgn menyangkal diri????trus memikul salib.

    ReplyDelete
  2. ya memang perlu dipikirkan dulu matang-matang, hen, baru dijalani. pengosongan diri dan penyangkalan diri tidak identik, tapi saling mengandaikan.

    ReplyDelete