Monday, November 22, 2010

Power

Power berada di mana-mana. Power struggle dapat kita jumpai dalam setiap relasi antarpribadi. Antara suami-istri, antara ortu-anak, antara guru-murid, antara bos-karyawan, antara pendeta-anggota jemaat yang dilayaninya. Mestinya kita tidak perlu khawatir atau takut akan power. Karena power memang diperlukan dalam kehidupan ini. Sejauh power dipakai dengan arif bijaksana, bukan buat membelenggu orang lain, bukan buat merebut hak orang lain, bukan buat menindas orang lain (dengan kata lain, power abuse), melainkan untuk melayani, mengangkat, meringankan beban, membangun, menyembuhkan, memperkaya. Meminjam Karen Lebacqz, power for bukan power over. James Olthuis dalam ‘Beautiful Risk’ menawarkan term lain, yaitu power-with.

Jadi, sebenarnya kita tidak usah takut pada power. Ketakutan kita pada power malah memberi 'makan’ power yang kita takuti itu. Pikiran-pikiran dan tindak-tanduk kita seakan dihantuinya. Ke manapun kita pergi dikuntitnya. Apapun yang kita lakukan dibayang-bayanginya. Ah, apa kita tidak jadi lumpuh dibuatnya?!

Coba deh cermati vicious circle ini. Makin kita takut, makin besar kuasanya atas kita, makin ia melumpuhkan kita, akibatnya, kita makin takut lagi padanya. Begitu terus, berputar tak henti-henti sampai kita mati sendiri.

Kawan, bukankah kita percaya dan tahu bahwa power terbesar yang tiada duanya di dunia dan akhirat terletak di tangan Tuhan saja, dan bukan di tangan manusia, siapapun dia? Maka, takutlah akan Allah, bukan manusia. Takutlah pada kuasa Allah, bukan pada kuasa manusia. Biarlah kebesaran dan kemuliaan Allah saja yang menguasai hati dan imajinasi kita. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai rohmu.

No comments:

Post a Comment