Friday, September 16, 2011

Nyamuk gergasi




















Memandangi hijau rumput yang baru diguyur air,
yang berkilapan oleh sorot cahaya mentari pagi,
membuatku teringat kisah menjelang tidur yang dulu
sempat kau sampaikan.

“Di sana, di dunia serba hijau,
hiduplah nyamuk-nyamuk gergasi…”

Dan belum apa-apa aku pun sudah mulai bergidik.

“Kau tahu aku tak pernah suka pada nyamuk,
apalagi yang namanya nyamuk raksasa. 
Apa mereka suka makan orang?”

Nyamuk-nyamuk itu untungnya tak menggigit atau
menghisap darah siapapun.
Hanya terbang lepas,
menclok sana, menclok sini,
di spot rumput kesukaan mereka.
Biasanya memang mereka memilih yang hijau, 
lebat dan padat seperti karpet.

Pada suatu senja aku memberanikan diri
mendekati salah satu dari mereka.
Ia nampak sibuk dengan sesuatu.
Aku mencoba menyorongkan kepala lebih dekat padanya.
"Seperti apa sih rupanya," batinku.
Tiba-tiba saja, tanpa memberi aba-aba, ia menengok.
Aku kaget setengah mampus.
Matanya yang menjorok keluar itu mengamat-amati 
dari ujung rambut sampai ujung kukuku.
Lalu untuk alasan yang tak sempat kulacak,
dan seolah mendapat kepuasan,
ia memberi senyumnya padaku. "What's that!?"
Kau tahu, dan dunia tahu, bahwa 
nyamuk tak punya bibir; nyamuk itu monyong.
Bagaimana bisa ia tersenyum?
Meski begitu, ia telah melakukannya.
Barangkali ia satu-satunya yang bisa. 

Kuakui sejak itu aku merasa akrab dengannya.
Sekat-sekat yang pernah memisahkan kita
gugur satu demi satu.

Ia mengajakku pergi berkenalan dengan kawanannya.
Pergi bersamanya ke suatu tempat yang tak kukenal,
yang bahkan tak pernah mampir dalam mimpi-mimpi malamku.
Luapan bahagia membasahi sekujur tubuhku.
Tak terasa aku pun menjelma nyamuk gergasi
yang sanggup terbang jauh dan lepas.
Dan bersama mereka
kujelajahi dunia yang baru,
dunia serba hijau.

Celaka dua belas!
Aku lupa memberitahu istri dan anak-anakku akan kepergianku ini.

4 comments:

  1. Ternyata pak Agus itu puitis dan penuh imaginasi juga. What a nice piece of writing!

    ReplyDelete
  2. Thanks buat comment-nya, Pak Pancha. Berarti masih ada yang baca blog saya, hahaha. Sudah lama saya nggak nulis begitu, jadi sudah rada kaku. Ini lagi saya coba lagi.

    ReplyDelete
  3. Saya salah satu pembaca setia blog Bapak. Ada kesan ganjil baca cerita misteri Bapak he he he

    ReplyDelete
  4. Thank you. Ganjil, iya, pada bilang begitu juga. Tadinya saya mau kasih judul cerita horor. Hahaha. Tapi kalau horor, ceritanya ngga serem-serem amat. Ya sudah misteri aja. Tapi misteri juga ngga misterius-misterius amat. Mending saya kasih judul cerita ganjil ya?

    ReplyDelete