Friday, September 16, 2011

Preman

Selama ini saya mengira bahwa preman hanya bisa dijumpai di inner city, daerah-daerah gelap, atau penjara-penjara. Setidaknya itu image yang terbentuk pada saya. Tapi saya keliru. Para preman ternyata juga suka ngumpul di rumah-rumah ibadah. Penginjil Lukas pernah mencatat hal itu. Coba Anda baca buku Kisah Para Rasul 6:9. Di sana ada kelompok orang yang dipanggil Libertini, orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria. Terjemahan lain dari Libertini ialah freedman, atau free man yang dalam bahasa Indonesia dibaca preman. Apakah kelakukan preman dalam konteks Kisah Para Rasul sama dengan kelakuan preman yang saya sebutkan tadi? Tentu saja berbeda. Akan tetapi, jika kita memperbandingkan mereka dari segi mentalitas dan kelakuan, maka hasilnya tak akan jauh berbeda. Mereka tak segan-segan menghasut, mengarang cerita bohong, mengadu domba, merusak nama baik orang lain.

Dalam pengalaman saya berjemaah, saya pun menjumpai preman-preman berkeliaran dalam gereja. Sempat ketika saya melayani di salah satu gereja, seorang yang setahu saya anggota lama menyambut saya dengan ramah, kemudian menceritakan keburukan-kelemahan pendetanya sendiri. Mula-mula saya merasa tersanjung, kok ia sudi berbagi rasa dengan saya? Siapa tahu saya bisa menjadi hero di sini, bisa memperbaiki keadaan, dst. Tapi syukurlah saya keburu sadar. Jika saya ladeni ia, hubungan saya dengan pendeta tersebut bisa retak. Saya tengah diadu domba. Preman-preman berbaju religius* ini pun saya temui di rapat-rapat Majelis Jemaat. Memang mereka tidak menodong, merampok, atau memeras orang lain. Ya, tak sevulgar itu atuh. Mereka hanya menebar sedikit kebencian pada orang-orang yang ingin mereka singkirkan. Mereka masih menceritakan kebenaran kok, meski hanya sepotong. Ada juga dari mereka yang berani membisikkan ancaman, kadang-kadang malah sogokan. Jadi, dari penampilan luar saja, kita tak akan segera mengenali kepremanan atau kebanditan mereka. Boleh jadi, mereka amat menawan serta membujuk hati. Karena itu, meminjam kata polisi bertopeng di salah satu program tivi Indonesia: Waspadalah! Waspadalah!

No comments:

Post a Comment