Thursday, September 8, 2011

Kerendahan hati yang tidak perlu dibuat-buat

Kita tahu dari pengamatan sehari-hari bahwa kerendahan hati tak selalu genuine; ada yang dibuat-buat. Kita juga tahu orang besar, terkemuka, tak mudah rendah hati. Katanya, orang besar tidak mengurus hal-hal kecil dan sepele. Orang besar hanya peduli hal-hal besar.

Tidak begitu dengan John Stott. Ia baru saja pulang ke rumah Bapa surgawi pada 27 Juli yang lalu. Namun warisan yang ia tinggalkan takkan lenyap bersama dengan kepulangannya. Satu dari sekian banyak warisan Uncle John yang akan saya kenang sepanjang masa ialah kerendahan hatinya. Kesaksian pendek di bawah ini saya temukan somewhere dialami oleh Rene Padilla, seorang teolog Amerika Latin.

On the previous night we had arrived in Bariloche, Argentina, in the middle of heavy rain. The street was muddy and, as a result, by the time we got to the room that had been assigned to us our shoes were covered with mud. In the morning, as I woke up, I heard the sound of a brush—John was busy, brushing my shoes. "John!," I exclaimed full of surprise, "What are you doing?" "My dear RenĂ©," he responded, "Jesus taught us to wash each other's feet. You do not need me to wash your feet, but I can brush your shoes."

Hari ini makin banyak gereja-gereja Evangelical melakukan washing feet sebagai kegiatan simbolik. Saya berharap kegiatan tersebut tak berhenti pada ritualisme belaka melainkan berlanjut menjadi layanan nyata bagi orang lain. You do not need me to wash your feet, but I can brush your shoes. . . I can share my food with you, I can help you through these challenges, and so on.

No comments:

Post a Comment