Tuesday, December 21, 2010

Christmas 2009

Toronto, 25 Desember 2009

“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita,
dan namanya disebutkan orang:
… Raja Damai” (Yesaya 9:5).

Jemaat IRECT yang kekasih,

Hari ini kita memperingati Natal, atau kelahiran Tuhan Yesus di dunia. Nabi Yesaya menubuatkan bahwa Ia telah lahir untuk kita, “dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan” (ayat 6).

Betapa kita merindukan karunia itu. Kita semua menyadari ketiadaan damai dalam masyarakat dan dunia – bahkan dalam gereja-gereja.

Ketiadaan damai sebenarnya lahir dari keserakahan, dari keinginan-keinginan yang berlebihan. Begitu mudah, terutama di masa Natal, kita dan anak-anak memusatkan perhatian pada ‘benda-benda’ yang kita ingini.

Padahal berapa banyak pun hadiah yang kita kumpulkan, rasa tak puas akan selalu hinggap di hati. Kita akan mengingini mainan-mainan yang lebih bagus, model-model yang lebih baru, pakaian-pakaian yang lebih ngetrend, dan komputer yang lebih canggih. Seiring dengan berlalunya waktu, mainan-mainan kita rusak, kesenangan kita pudar, dan kita menyadari kebenaran perkataan sang pengkhotbah, “segala sesuatu adalah sia-sia” (Pengkhotbah 1:2b).

Bila kita mempersiapkan diri demi menyambut hadiah Natal yang sejati, kita akan tiba pada sebuah kesadaran bahwa kerinduan-kerinduan kita yang terwujud dalam perilaku konsumeristik dan pemborosan tak terkendali sesungguhnya berasal dari kehausan kita yang terdalam akan Allah.

Dapatkah kita berkata seperti Raja Daud berkata:

“Satu hal telah kuminta kepada TUHAN,
itulah yang kuingini:
diam di rumah TUHAN
seumur hidupku,
menyaksikan kemurahan TUHAN
dan menikmati bait-Nya” (Mazmur 27:4)?

Raja Daud menuangkan mazmur tersebut dalam tulisan ketika ia berada dalam serangan musuh. Tetapi apa yang ia minta bukanlah keselamatan, atau pembelaan, atau kemenangan. Bukan juga kuasa, atau kontrol, atau pembalasan. Tidak! Bahkan di bawah tekanan yg begitu berat, satu hal yang ia minta kepada TUHAN adalah diam di rumah TUHAN, berlama-lama memandangi keindahan dan kemuliaan TUHAN, menikmati rumah TUHAN.

Bagaimana dengan kita? Apakah yang menduduki tempat pertama dalam hati kita? Apakah ‘satu hal’ kita? Kekayaan? Kuasa? Kesuksesan? Kesenangan? Kebebasan? Persetujuan orang lain? Penerimaan? Kesehatan? Pekerjaan? Keluarga? Silakan saudara/i perpanjang sendiri daftar ini!

Dalam setiap keadaan dan relasi dengan orang lain, peperangan ‘satu hal’ berlangsung memperebutkan posisi sentral di hati kita. Saudara/i dan saya akan selamat, jika Tuhan menjadi satu-satunya hal yang memerintah hati dan mengendalikan tindakan-tindakan kita.

Oleh karena terang itu telah turun dan bersinar atas kita, hidup kita diubah oleh kuasa Roh Kudus menjadi manusia baru yang berpartisipasi dalam karya perdamaian dan keadilan – seraya mengakui bahwa kecemburuan TUHAN mahakuasa yang akan menggenapinya, bukan usaha-usaha kita. TUHAN, Allah perjanjian, akan menggenapi rekonsiliasi seantero ciptaan dan melibatkan kita dalam pemerintahan Kristus untuk melaksanakan maksud dan tujuan-Nya.

Ialah Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai yang telah mengalahkan seluruh kuasa kegelapan yang mengancam, menghalangi, merampas, dan menghancurkan kedamaian dunia. Sekarang, di masa antara ini, sebelum pemerintahan Allah sampai pada kesempurnaannya, kuasa-NYA akan bertambah besar, dan sebagai akibat, damai sejahtera takkan berkesudahan.

Selamat natal!

No comments:

Post a Comment