Monday, October 31, 2011

Antara Calvin dan Tulip

















Reformasi adalah peristiwa bersejarah yang terjadi hampir 500 tahun silam, persisnya 494 tahun, memperingati hari Martin Luther memasang 95 pokok pemikiran/tesisnya di pintu gerbang (dulu berfungsi sebagai semacam papan informasi) Gereja Wittenberg. Satu hal dari sekian banyak kejadian setelah itu, yang saya syukuri sedalamnya ialah penyingkapan kebenaran oleh para tokoh Reformasi. Ketegasan dan keberanian mereka luar biasa; sebuah perjuangan yang amat berharga dan patut dikenang.

Dalam rangka memperingati hari Reformasi tahun ini, dengan bantuan Dr. Richard Muller (profesor di Calvin Seminary, ia dikenal sebagai ensiklopedia sejarah Reformasi berjalan), saya pun hendak berkontribusi meluruskan satu urusan, yaitu hubungan historis antara Calvin dan TULIP. Sebagian dari kita mungkin sudah akrab dengan jenis bunga ini. Saya sendiri menanam bunga Tulip di pekarangan rumah yang kami tinggali. Sama sekali bukan untuk menunjukkan bahwa saya seorang Reformed tulen. Tetapi simply karena saya demen dengan bentuknya yang seperti bohlam dan warnanya yang beraneka ragam....

Bagi yang belum familiar, TULIP yang saya maksud sebenarnya merupakan singkatan dari T = Total depravity (kerusakan total), U = Unconditional election (pilihan tak bersyarat), L = Limited atonement (penebusan terbatas), I = Irresistable grace (kasih karunia yang tak dapat ditolak), P = Perseverance of the saints (kesetiaan dan ketekunan orang-orang kudus).

Persoalannya adalah banyak orang hari ini mengidentikkan teologi Calvin dengan TULIP, bahkan mereduksi dokumen Reformed yang disusun di Belanda tahun 1618-1619 (the Canons of Dort) dengan 5 pokok pemikiran tersebut.

Perlu diketahui, sebenarnya tidak ada asosiasi historis antara TULIP dan Calvin atau the Canons of Dort. TULIP atau 5 pokok pemikiran Calvinism merupakan gagasan atau pandangan orang "Reformed" Anglo-Amerika sejak sekitar abad ke-19.

Calvin sendiri tidak pernah merancang model teologis semacam itu, tidak juga para Reformer lainnya. Dengan kata lain, Calvin dan para Reformer lain bersetuju dengan the Canons of Dort, namun tidak satu pun dari mereka mereduksi posisi teologis mereka menjadi TULIP.

Sebagai misal, yang sering bikin gara-gara, huruf L = Limited atonement (penebusan terbatas) dalam TULIP. Calvin tak pernah memakai istilah "penebusan terbatas." Tidak pernah term itu muncul di the Canons of Dort, tidak juga terdapat dalam istilah-istilah teologis para Reformers abad ke-16-17.

Kalau begitu, apakah Calvin percaya atau mengajarkan "L"?

Untuk jelasnya, Calvin percaya bahwa nilai atau jasa salib Kristus cukup untuk membayar dosa seluruh dunia. Dalam hal ini, jika kita hendak memakai istilah "atonement," Calvin percaya akan unlimited atonement. Namun, ketika ia berbicara mengenai keselamatan aktual yang terjadi atau applied dalam diri orang-orang tertentu, ia percaya akan limited atonement - pada point ini Arminius pun sepakat dengan Calvin.

Perbedaan di antara mereka:

Bagi Arminius, yang membatasi adalah pilihan sebagian orang untuk percaya, sedang sebagian lain tidak. Allah dalam kemahatahuannya memilih (predestinasi) mereka yang dalam hidupnya memilih untuk percaya. Calvin, begitu pula the Canons of Dort, menjelaskan bahwa yang membatasi adalah asumsi keselamatan oleh kasih karunia semata. Tuhan Allah memberikan kasih karunianya pada orang-orang terpilih sebelum dunia dijadikan. Tiada orang sanggup memilih percaya sampai kasih karunia Allah menjangkau dan mengubah hidupnya. Jadi, baik Arminius maupun Calvin sebenarnya percaya akan doktrin predestinasi. Hanya Arminius mendasarinya atas pilihan manusia dan kemahatahuan Allah, sementara Calvin atas kasih karunia Allah semata.

Mungkin sampai di sini dulu. Penggunaan TULIP untuk menjelaskan tradisi Reformed dan teologi Calvin telah menyebabkan banyak kekisruhan yang tak perlu, yang sayangnya baru saya sadari di kemudian hari. Semoga penjelasan singkat ini membantu. Oh ya, selamat hari Reformasi!

No comments:

Post a Comment