Tuesday, February 8, 2011

Efek Zeigarnik

Penasaran. Siapa dari kita yang tidak suka penasaran? Kalau kita menonton film seri Korea, atau membaca novel Charles Dickens, kita suka penasaran, bukan? What's the next? Lalu, dengan penasaran kita tungguin seri berikutnya.

Dari pengalaman ini sebenarnya kita dapat memetik sebuah pelajaran. Penasaran adalah modal untuk menyelesaikan suatu tugas. Ini ternyata sudah diteorikan oleh seorang psikolog berkebangsaan Rusia bernama Bluma Zeigarnik. Teorinya diambil dari nama belakangnya sendiri, efek Zeigarnik.

Seorang waiters, misalnya, bisa mengingat pesanan begitu banyak, mondar-mandir dari satu meja ke meja lain. Tapi persis setelah pesanan diantar, ia lupa semuanya. Teori ini mengatakan
bahwa kemampuan memorisasi seseorang justru maximal ketika terdapat interupsi, ada gap, something hasn't finished yet. Dengan kata lain, interupsi membuat kita jadi penasaran. Kalau kita belum meraih apa yang kita ingini, kita jadi gregetan, penasaran, dan dengan sepenuh tenaga berusaha sampai berhasil. Tapi begitu dapat, selesai, kita pun lupa.

Baru saja bulan Januari kita (IRECT) berdoa dengan giat. Minggu pertama lewat, masuk minggu kedua, sudah itu what's the next ya. Wah! Kita excited, kita penasaran sampai akhirnya program doa sebulan penuh selesai. Pertanyaannya, siapa dari kita yang hari ini masih melakukan apa yang ditekuninya selama bulan doa yang baru lalu? Jangan-jangan kita juga sudah lupa. Emang kita ngapain bulan lalu?

Efek Zeigarnik dapat menjelaskan dan menjadi pelajaran untuk banyak hal lain.

Satu lagi aplikasi yang menarik adalah untuk masalah procrastination: menunda-nunda mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. Dugaan saya, kita suka menunda karena kita tidak tahu mau mulai dari mana, kita takut susah, kita merasa belum siap ini, belum siap itu. Nah, silakan anda menunda terus. Sampai kapan pun tak pernah tujuan itu tercapai. Padahal energi kita sudah berbulan-bulan kita kuras untuk memikirkan segudang alasan menunda. Efek Zeigarnik mengajarkan kita apa, kalau begitu? Mulai dari mana saja. Pokoknya, anda mesti mulai. Begitu anda mulai separuh jalan, you will know that you are going to finish it. Bagaimana bisa? Ya, karena kita penasaran.

Tapi sudah itu lupa lagi. Haha! Nantikan teori berikutnya deh. Soalnya saya sendiri ngga tahu bagaimana mengatasi yang satu ini.

No comments:

Post a Comment