Berikut ini diskusi saya dengan Pak Armin tentang pengampunan Tuhan dan pengampunan manusia.
Armin:
Dear Pak
Agus,
Ngomong2
soal kita harus mengampuni orang karena kita sudah diampuni oleh Tuhan, saya
setuju sekali dan sangat alkitabiah. Tapi seperti saya dua kali sebutkan waktu
memimpin liturgi tentang kita harus mengampuni untuk bisa menerima pengampunan
dari Tuhan itu sangat jelas di Alkitab dan diucapkan oleh Yesus sendiri:
Matius 6:12
dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang
bersalah kepada kami; 6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,
tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya
Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.) 6:14 Karena
jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni
kamu juga. 6:15 Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak
akan mengampuni kesalahanmu.
Salam,
Armin
Saya menjawab:
Begini logic Pak Armin, bukan?
- Saya sudah
diampuni oleh Tuhan.
- Karena
itu, saya harus mengampuni orang yg bersalah pada saya.
- Kalau saya
tidak melakukannya, maka pengampunan bagi saya akan dibatalkan.
- Jadi,
pengampunan Tuhan tergantung dari pengampunan saya.
- Kalau saya
tidak mengampuni orang yang berbuat salah pada saya, maka pengampunan Tuhan
dibatalkan. Dan kalau pengampunan Tuhan dibatalkan, berarti saya tidak selamat,
saya binasa.
- Kesimpulan,
selamat atau tidaknya hidup saya bergantung pada perbuatan saya, dalam hal ini,
apakah saya mengampuni orang yg bersalah pada saya atau tidak.
- Kalau
begini, Pak Armin tidak percaya akan salvation by grace, tetapi salvation by
work.
Lain halnya,
jika Pak Armin berpikir seperti ini:
Saya sudah
diampuni oleh Tuhan. Karena itu hidup saya bukannya milik saya lagi.
Saya telah diubah oleh anugerah pengampunan Tuhan. Saya merasa bersyukur, dan
saya mau mengampuni orang yang bersalah pada saya.
Di sini
pengampunan saya adalah gift yang saya extend kepada orang lain karena saya
sendiri telah menerima gift tersebut. Gift yang tdk layak saya terima.
Pengampunan yg saya extend adalah buah dari anugerah Allah yang bekerja dalam
hidup saya, mengubah saya inside-out. Mengampuni dan diampuni menjadi habit
hidup saya, menjadi kolam di mana saya hidup.
Jika ada
orang Kristen yang berbulat hati untuk tidak mengampuni org yg bersalah
padanya, org ini tidak aware akan dosanya yg besar, tapi hanya dosa org lain
dan penghakiman yang ia tuntut, ia patut mempertanyakan keselamatannya sendiri,
karena mungkin sekali ia sendiri belum mengalami/menerima pengampunan Tuhan.
Perlu kita
ingat: Pengampunan Tuhan tidak boleh bergantung pada pengampunan kita. Karena
jika demikian, Pak Armin pun tidak dapat yakin bahwa Pak Armin telah diselamatkan
oleh Tuhan. Pengampunan manusia begitu imperfect. Tidak boleh menjadi standard.
Saya harap
sampai di sini Pak Armin bisa melihat perbedaannya dengan jelas.
Kiranya
Tuhan menolong kita!
Ps. Agus
No comments:
Post a Comment