Dalam pengalaman saya berjemaah, saya pun menjumpai
preman-preman berkeliaran dalam gereja. Sempat ketika saya melayani di salah
satu gereja, seorang yang setahu saya anggota lama menyambut saya dengan ramah,
kemudian menceritakan keburukan-kelemahan pendetanya sendiri. Mula-mula saya
merasa tersanjung, kok ia sudi berbagi rasa dengan saya? Siapa tahu saya bisa
menjadi hero di sini, bisa memperbaiki keadaan, dst. Tapi syukurlah saya keburu
sadar. Jika saya ladeni ia, hubungan saya dengan pendeta tersebut bisa retak. Saya
tengah diadu domba. Preman-preman berbaju religius* ini pun saya temui di
rapat-rapat Majelis Jemaat. Memang mereka tidak menodong, merampok, atau
memeras orang lain. Ya, tak sevulgar itu atuh. Mereka hanya menebar sedikit
kebencian pada orang-orang yang ingin mereka singkirkan. Mereka masih menceritakan
kebenaran kok, meski hanya sepotong. Ada
juga dari mereka yang berani membisikkan ancaman, kadang-kadang malah sogokan.
Jadi, dari penampilan luar saja, kita tak akan segera mengenali kepremanan atau
kebanditan mereka. Boleh jadi, mereka amat menawan serta membujuk hati. Karena
itu, meminjam kata polisi bertopeng di salah satu program tivi Indonesia:
Waspadalah! Waspadalah!
Friday, September 16, 2011
Preman
Selama ini saya mengira bahwa preman hanya bisa dijumpai di
inner city, daerah-daerah gelap, atau penjara-penjara. Setidaknya itu image
yang terbentuk pada saya. Tapi saya keliru. Para preman ternyata juga suka ngumpul
di rumah-rumah ibadah. Penginjil Lukas pernah mencatat hal itu. Coba Anda baca buku
Kisah Para Rasul 6:9. Di sana
ada kelompok orang yang dipanggil Libertini, orang-orang dari Kirene dan dari
Aleksandria. Terjemahan lain dari Libertini ialah freedman, atau free man yang
dalam bahasa Indonesia dibaca preman. Apakah kelakukan preman dalam konteks
Kisah Para Rasul sama dengan kelakuan preman yang saya sebutkan tadi? Tentu
saja berbeda. Akan tetapi, jika kita memperbandingkan mereka dari segi
mentalitas dan kelakuan, maka hasilnya tak akan jauh berbeda. Mereka tak segan-segan
menghasut, mengarang cerita bohong, mengadu domba, merusak nama baik orang lain.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment