Ia merasa amat kehilangan sahabatnya, Soeti, yang baru
meninggal akibat bunuh diri. Malam itu ia memijit nomornya pada ponsel.
Halo, Soeti…?
Ya.
Dan mereka pun ngobrol sampai pagi.
Mimisan
Darah menetes dari hidungnya yang mungil. Mula-mula hanya
berupa butir-butir merah jatuh menitik. Tapi lama-kelamaan darah itu mengalir dengan
deras hingga memenuhi setiap sudut rumahku, menembus ke luar hingga ke
jalan-jalan. Dalam sekejap saja kota
Etobicoke tergenang darah. Maka
Ia pun berenang-renang kegirangan.
Senyum-senyum
Putriku duduk tegak di kursi lab
Menunggu jarum suntik menembus kulitnya
Akhirnya, Cus… darahnya
mengalir masuk ke botol
“Oh, my dear, she is
smiling,” kata tukang suntik itu.
Aku bertanya:
Kok kamu senyum-senyum sih, emang nggak sakit?
Nggak tuh.
Lalu ia menggigit jari manisnya sendiri
Mengunyahnya seperti sedang makan permen karet
Hingga tinggal separuh, Ia masih saja senyum-senyum.
No comments:
Post a Comment