Dalam A Song To Sing,
A Life to Live: Reflections on Music as Spiritual Practice, Don Saliers, professor
teologi dan penyembahan di Emory University, berpendapat bahwa the gift of
music berasal dari Allah; Ia menanamnya dalam tubuh kita. Gift tersebut dapat kita rasakan dalam detak jantung, pernapasan, jeritan, dan gerak-gerik kita. Tak heran mengapa anak-anak kecil suka membuat
bunyi-bunyian. Banyak permainan anak-anak disertai nyanyian. Anak-anak kecil sulit
untuk quiet, karena hati mereka penuh dengan musik. Allah telah mengaruniakan suara
dan musik dalam tubuh kita sebagai modal/bekal untuk menyembah Dia.
Ada 2 alasan
mengapa kita bernyanyi dalam ibadah. Pertama, karena musik mempermulia,
memperindah, kata-kata (speech) kita. Since music glorifies worship, we worship
the Lord with music. Allah senang akan musik. Ia Allah yang bernyanyi. Ia memanggil kita untuk bernyanyi dan
mengekspresikan pikiran dan perasaan kita dengan musical instruments. Coba
baca kembali seluruh kitab Mazmur, Keluaran 15, Ulangan 32, semua ditulis untuk
dinyanyikan. Ada sedikitnya 2 referensi dalam Perjanjian Baru yang membuktikan bahwa Tuhan Yesus sendiri
bernyanyi (Matius 26:30; Roma 15:9).
Alasan kedua,
musik mengingatkan kita dan Allah akan janji-janjiNya. Music is memorial. Memorial to us and
to God. Tuhan memang tidak perlu diingatkan, tapi Ia berkenan diingatkan. Kalau
hal ini terdengar asing bagi kita, tidaklah demikian, baik bagi believers di
Perjanjian Lama maupun gereja mula-mula di Perjanjian Baru. Mengingatkan Allah
akan janji-janjiNya sama sekali tak dipandang menghina Allah,
sebaliknya merupakan ekspresi kebergantungan kita secara total padaNya. Karena
dengan mengingatkan Allah, kita mereafirmasi covenant relationship denganNya,
bahwa kita tak dapat bertahan hidup tanpa Ia setia memegang dan menggenapi janji-janjiNya.
Oleh karena itu, janganlah jemu-jemu kita bernyanyi, memuji,
dan bersyukur pada Allah. Bernyanyilah tidak hanya saat kita bersukaria, tapi
juga ketika kita sesak, tak berdaya. Tetaplah senandungkan pujian hingga
sukacita memenuhi hati kita, hingga spirit kita terbangun, hingga kemuliaan Tuhan
nyata.
Ingat Ibrani 13:15, “Through
Jesus, therefore, let us continually offer to God a sacrifice of praise—the
fruit of lips that openly profess his name.”
Jangan kita lalai membawa korban yang satu ini, korban pujian.
No comments:
Post a Comment