Seorang teolog berkebangsaan Skotlandia bernama James Denney pernah berkata, “You show me someone who hasn’t purchased a gift he couldn’t afford for someone he loves and I’ll show you someone who isn’t fit for the Kingdom.” Apa maknanya? Mengapa tidak fit for the Kingdom of God?
Buat saya ini:
Kita tak punya cukup uang atau waktu atau tenaga untuk
membeli sebuah gift, namun karena rasa syukur di hati sudah meluap dan
mendesak-desak, kita lakukan pula, dan kita persembahkan gift itu pada
seseorang yang sungguh kita cintai. Ketika itu kita tak memerlukan kata-kata
untuk menjelaskan perbuatan kita. We better be quiet, don’t spoil it. Perbuatan
itu telah berbicara jauh lebih keras, jauh lebih banyak dari kata-kata yang
dapat terucap.
Ingat persembahan perempuan tak bernama dalam Injil Markus
14:3-9.
Lalu mengapa Denney mengaitkannya dengan “fitting for the
Kingdom?” Ya, karena Kerajaan Allah tak lain adalah Kerajaan Syukur. Hanya
perbuatan yang lahir dari syukur yang fit bagi KerajaanNya.
Logika syukur berbeda dari logika akal sehat. Ditinjau
dari logika akal sehat, pemberian perempuan itu jelas-jelas merupakan
pemborosan, tidak pakai perhitungan, bodoh. Akan tetapi ditinjau dari logika syukur,
melampaui kaidah akal sehat, pemberiannya justru merupakan tindakan yang indah. Dan
bila dipersembahkan pada Tuhan, pemberian itu merupakan wujud penyembahan yang
indah.
Apakah Tuhan tak layak menerima pemberian yang ”boros” dari
kita? Tidakkah Tuhan sendiri telah memboroskan diri-Nya bagi kita?
No comments:
Post a Comment